Pengalaman, tulisan, gagasan, opini dan ide-ide Cut Vivia Talitha, cewek SMA yang punya segudang hobi dan cita-cita dari membaca, menulis, computing, menyanyi, dan lain-lain yang kurang tersalurkan. Yang penting, 'Jika orang lain bisa, maka aku pasti lebih bisa!'

First Love Part 2

Previous Part: First Love Part 1

first love cinta pertama cerita

Aku tidak terlalu mempedulikan, Kemudian aku mendengar namaku diisebut-sebut. Kembali ia menanyakan benar-tidaknya namaku lengkapku. Kemudian aku mendengar,
"Eh si Tomi suka sama kakakmu!" Katanya sambil tertawa dan menunjuk ke arah Tomi. Aku lihat Tomi dan Syahrul hanya senyum-senyum saja, Berbeda dengan Iqram dan teman-temannya yang tertawa. Aku tetap menyuekinya dan berbicara dengan teman-temanku. 
"Huuuuu...." Terdengar sorakan dari arah mereka. Sontak aku menoleh, Anehnya kali ini Iqram yang tersenyum malu disoraki teman-temannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak begitu peduli. 

*** 

Hari ini kelas kami olahraga. Kami dibariskan di halaman sekolah, Dan ternyata tujuannya untuk memilh wakil kelas untuk menjadi petugas upacara. "Siapa yang bisa jadi protokol?" 
Tanya Pak Nurdin, guru olahraga kami pada semuanya. 
"Siti Paak!!" 
Beberapa temanku mengusulkan sahabat tomboy yang duduk di belakangku itu.. 
"Untuk UUD 1945 siapa?" Tanyanya lagi. 
"Vtha aja Pak!" sahut Oki, teman sebangkuku. Hmmm, mungkin lebih tepatnya sahabat sebangku. Aku sontak kaget. Tapi ya sudahlah, ini dapat menjadi pengalaman baru bagiku. Akhirnya Iqram dipilih sebagai pembaca doa, Oki, dan dua orang temanku lainnya sebagai penggerek bendera.

*** 

Uh! Lagi-lagi dia mengataiku. Menyebalkan, ia terus-terus mengucapkan nama Joni, terkadang juga Tomi. SETIAP HARI. Setiap waktu! Sampai suatu hari ia kembali mengataiku. 

"Vit, si Joni kirim salam!" 
Tentu saja aku tidak tinggal diam! Aku kan tidak menyukai Joni! Aku mengejarnya sambil tertawa, terlebih dia. Saat aku mendapatkannya di pojok koridor yang buntu, aku segera mencubitnya. "Aww.." teriaknya seolah cubitanku di pinggangnya sakit. Kemudian kami tertawa. Lalu... dia tersenyum. Deg! Jantungku serasa berhenti berdetak. Aku tidak tau kenapa. Tapi semakin lama aku merasa... ah entahlah. Aku hanya bisa membalas senyuman mematikannya itu dan tetap terdiam. Untungnya hanya ada kami berdua, jika tidak mungkin teman-teman akan meyoraki kami dan pipiku ini pasti akan jadi merah sekali! 

 *** 

Oh, baiklah! Kali ini aku SANGAT YAKIN. Ternyata sikapnya padaku membuatku menyukainya! Aku merasa selalu senang setiap ada dia. Tapi aku memendamnya! Ini rekor baru bagiku. Aku tidak pernah tidak memberi tahu sahabat-sahabatku jika aku menyukai seseorang sampai berbulan-bulan begini. Ya... setidaknya sampai hari ini. 

Kami sedang memperhatikan guru yang sedang memberi penjelasan. Sampai aku iseng bertanya pada Oki yang duduk di sebelahku dekat tembok. "Eh Ki, kamu suka sama siapa?" tanyaku. Dia tidak langsung mengatakannya. 
"Bilang dulu kamu suka sama siapa, Baru aku kasi tau..." 
"Janji yaa? Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa!" "Iya!" 
"Aku suka sama Iqram, kamu?" 
Kataku sambil berbisik. Ia membalas bisikanku. "Riko!" 
Aku kaget. Bagaimana tidak? Kami sebangku. Aku menyukai Iqram yang duduk sebangku dengan Riko! Hahaha sesuatu yang sangat kebetulan! 
"Sejak kapan kamu suka sama Iqram?" 
"Udah lama, berbulan-bulan. Engga tau lah kapan, aku engga inget soalnya aku sukanya pelan-pelan. Kamu orang pertama yang aku kasi tau loh! Jadi jangan sampe ada yang tau yah!" 

*** 

Aku suka pelajaran Fiqih! Dan aku saayaaaaaang banget sama gurunya, Bu Amanda! Soalnya pelajaran ini selalu bikin aku makin deket sama Iqram. Jadinya aku selalu dapet nilai bagus di pelajaran ini! Hehehe. Padahal dulu, nilai agamaku jeblokkk! Dengan adanya dia ternyata bisa jadi pemicu semangat belajarku! Aku tidak tahu bagaimana kalau kehilangan dia. Mungkin, aku akan sedih dan kehilangan penyemangatku. 

Bu Amanda selalu mengandalkan Iqram saat jam mengajarnya. Biasanya Iqram yang selalu ditugaskan untuk mendiktekan catatan untuk kami, dan dia duduk di meja guru, dengan Bu Amanda menggantikan tempat duduknya. 

Seperti sekarang ini. Aku senang sekali, bisa melihat wajahnya. Aku sengaja menulis dengan agak cepat agar aku bisa lebih lama menatapnya. Tapi... saat aku selesai menulis dan melihatnya, yang ternyata juga sedang menatapku, Ia langsung meneruskan mendikte. 
"Huh, sialan! Kenapa dia langsung ngedikte, Aku kan mau ngeliat dia :/" aku mengeluh dalam hati. Kemudian beberapa saat setelah kejadian itu terulang lagi dan lagi aku sadar. Sepertinya ia berusaha menyeimbangiku. Karena saat kulihat ia juga selalu sedang menatapku, Dan langsung melanjutkan diktenya. Jadi aku berusaha menormalkan kecepatan tulisanku agar teman-temanku tidak terganggu. Baiknya, ia mau menungguku ketika aku agak lama ketika menulis.... 

Pernah juga saat pelajaran Fiqih. Iqram diminta Bu Amanda untuk memukul setiap anak yang bicara dengan penggaris besiku. Ya, penggaris besiku! Bu Amanda setiap masuk selalu mengandalkan penggaris sepanjang 40 cm itu untuk menghajar menakut-nakuti murid yang nakal sampai jam mengajarnya habis. Setelah Bu Amanda memintanya, kelas hening. Heningggg.. Sampai akhirnya Maria bicara dengan Ica sambil tertawa. 
"Woy! Diem kalo engga aku pukul!" 
Tegur ia yang semulanya berdiri di dekatku.

Next part continued: First Love Part 3
0 Komentar untuk "First Love Part 2"

Berkomentarlah sesuai topik dan dilarang melakukan SPAM serta menyertakan LINK AKTIF.

Back To Top