First Love Part 4

Kamis, 26 April 2012

Bagikan:

Tweet

....
Aku dapat melihat dia memperhatikanku.
Aku mengangkat wajahku, menoleh ke kiri dan... tersenyum padanya :)

Previous part: First Love Part 3

***

 
Aku melihatnya berjalan ke arah mejaku. Seketika langkahnya terhenti tepat di tempat dudukku dan menghadap ke arahku.
"Eh... Joni! :D"
"Ih... apaan sih! -_-" aku berdiri dan memukul Iqram perlan.
"Hahahaha" Tiba-tiba tanpa aku duga ia mengambil tempat pensilku yang aku letakkan di atas meja dan langsung berlari dan duduk di meja sebelah. Namun sulit bagiku menjangkaunya dari mejaku. Karena dia duduk di kursi Fahri, dua kursi dari kursiku. Semeja dengan Awir yang di sebelahku. Jadi aku berjalan ke meja itu hendak merebut tempat pensil merahku tadi.
"Bawa sini!" Kataku sambil mencoba merebut dari tangannya.
"Coba ambil! Haha" ia terus-terusan menjauhkan benda berwarna merah itu dariku.
"Huh!!!"
Setelah beberapa kali mencoba. Iqram mulai lengah. Aku mendapatkannya! Tapi... ups! Ternyata yang aku pegang bukan tempat pensil. Melainkan... tangannya! Kami terdiam. Perlahan aku melepaskan tanganku darinya. Ia pun melepaskan tempat pensilku yang segera aku ambil. Ia jadi senyum-senyum sendiri. Dan aku juga tidak bisa menahan rasa maluku. Entah seperti apa wajahku waktu itu.
Aku kembali ke tempat dudukku dan tidak bisa menahan senyumku. Aku harap ia tidak melihatnya.
Aku melanjutkan catatanku. Karena kursi Astuti di depanku kosong, aku duduk di sana, dengan Elisa.
Beberapa saat kemudian, aku dapat menyaksikan dengan sudut mataku, Iqram berjalan dan duduk di kursi Ica yang kosong. Kursi Maria juga kosong. Walaupun Iqram tidak duduk tepat di sebelah kiriku, namun dengan duduk di dua kursi dari situ sudah cukup membuatku deg-degan.
Detik itu juga aku berpikir, "Kenapa nggak duduk di kursi Maria aja sih!" Tapi, ya sudahlah! Aku hanya bisa melanjutkan catatanku.
Aku dapat melihat seseorang berbicara dengan Iqram sebentar. Kemudian duduk di salah satu kursi kosong tersebut. Aku tidak tahu sekarang siapa yang duduk di sebelah kiriku -di kursi Maria-, aku tidak berani menoleh. Tapi aku harap itu Iqram.
"Ciee Iqram duduk di situ biar deket sama Vitha!" Teriak Siti dari belakang. Yang lain menyoraki kami. Saat itu aku baru menoleh. Dan ternyata benar. Itu memang Iqram.
Tak lama kemudian aku sudah asik bercanda dengannya. Aku suka caranya membuatku tertawa. Juga caranya tertawa.
Saat aku akan melanjutkan menulisku, Iqram memanggilku.
"Vitha, Vitha!"
"Iya? :)"
"Kata Joni... kamu manis kalo senyum! :)"
"Hahahah :D"
"Padahal kamu tuh, yang bilang kayak gitu!" Teriak Siti tiba-tiba sambil tertawa. Sahabat-sahabatku yang menyimak ikut tertawa.
Menyebalkan, apa mereka selalu menguping pembicaraan aku dan Iqram!? -_-
***

 
Bel isitirahat berbunyi. Berbeda dari hari biasanya. Teman-temanku mengajakku main karet. Sebenanya aku tidak bisa. Aku bisanya main skipping. Bahkan aku bisa bermacam gaya. Dari gaya silang, dengkleng, lari, dsb. Jadi aku hanya nonton saja.
Tiba-tiba Iqram datang entah dari mana. Ia ikut melompat di tali yang masing-masing dipengang temanku. Kami bercanda-canda. Hm.. mungkin lebih tepat 'mereka'. Karena aku hanya melihat mereka. Aku kesal, ia bahkan tidak menyapaku. Walau terkadang sambil menatapku. Tapi aku akan tetap tersenyum :) 

Next part continued: -

Tag: All, Cerita, Karya, Kisah Hidup, Kisah Nyata